Translate

Showing posts with label Muhammadiyah. Show all posts
Showing posts with label Muhammadiyah. Show all posts

Monday 18 November 2019

Muhammadiyah

Sudah 107 tahun Muhammadiyah mengabdi kepada bangsa dan negara bahkan sebelum Indonesia merdeka. Muhammadiyah telah berhasil menciptakan kader-kader yang berguna bagi bangsa dan negara. Seluruh nafas Muhammadiyah hanyalah untuk kebaikan di bidang sosial, pendidikan, dan keagamaan dan menjauhi segala yang telah dilarang-Nya. Semoga Muhammadiyah tetap eksis di Indonesia, amin.

Lambang Persyarikatan Muhammadiyah.

Zona influensi Muhammadiyah.


Pembentukan :
18 November 1912 (Masehi)
8 Dzulhijjah 1330 (Hijriyah)

Pendiri :
K.H. Ahmad Dahlan

Jenis Organisasi :
Organisasi Islam

Kantor Pusat :
Jl. Cik Dik Tiro, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia

Influensi :
Indonesia

Keanggotaan :
50 Juta

Ketua Umum :
Dr. K.H. Haedar Nashir, M.Si.

Situs Web :

Muhammadiyah (Bahasa Arab : محمدية, pengikut Muhammad. Nama lengkap : Persyarikatan Muhammadiyah) adalah organisasi non-pemerintah Islam utama di Indonesia.  Organisasi ini didirikan pada tahun 1912 oleh Ahmad Dahlan di kota Yogyakarta sebagai gerakan sosial-keagamaan reformis, mengadvokasi ijtihad - penafsiran individu Al-Qur'an dan Hadis, sebagai lawan dari taqlid - penerimaan interpretasi tradisional yang dikemukakan oleh para ulama. Sejak didirikan, Muhammadiyah telah mengadopsi platform reformis yang memadukan pendidikan agama dan sekuler, terutama sebagai cara untuk meningkatkan mobilitas umat Islam ke arah komunitas 'modern' dan untuk memurnikan Islam Indonesia dari praktik sinkretik lokal. Ia terus mendukung budaya lokal dan mempromosikan toleransi beragama di Indonesia, sementara beberapa institusi pendidikan tingginya dihadiri sebagian besar oleh non-Muslim, terutama di provinsi Nusa Tenggara Timur dan Papua. Kelompok ini juga mengelola sejumlah besar rumah sakit amal, dan mengoperasikan 128 universitas pada akhir 1990-an.

Saat ini, Muhammadiyah adalah organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia dengan 50 juta anggota. Meskipun para pemimpin dan anggota Muhammadiyah sering terlibat aktif dalam membentuk politik di Indonesia, Muhammadiyah bukanlah partai politik. Muhammadiyah telah mengabdikan dirinya untuk kegiatan sosial dan pendidikan.

Tujuan utama Muhammadiyah adalah memulihkan semua penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam bercampur dengan adat istiadat di daerah-daerah tertentu untuk alasan adaptasi.

Gerakan Muhammadiyah ditandai oleh semangat membangun tatanan sosial dan masyarakat yang lebih maju dan berpendidikan. Menampilkan ajaran Islam bukan hanya agama yang bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan berdomisili sebagai sistem kehidupan manusia dalam semua aspeknya.

Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan kepada perintah-perintah Alquran, di antaranya surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi : ''Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung''. Ayat tersebut, menurut para tokoh Muhammadiyah, mengandung isyarat untuk bergeraknya umat dalam menjalankan dakwah Islam secara teorganisasi, umat yang bergerak, yang juga mengandung penegasan tentang hidup berorganisasi. Maka dalam butir ke-6 Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah dinyatakan, melancarkan amal-usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi, yang mengandung makna pentingnya organisasi sebagai alat gerakan yang niscaya.

Sebagai dampak positif dari organisasi ini, kini telah banyak berdiri rumah sakit, panti asuhan, dan tempat pendidikan di seluruh Indonesia.


Sejarah


Ahmad Dahlan atau yang bernama asli Muhammad Darwis - seorang pegawai Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan seorang sarjana Muslim berpendidikan dari Mekah - mendirikan Muhammadiyah di Kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330 H). Ada sejumlah motif di balik pendirian gerakan ini. Melihat kondisi umat Islam pada masa itu dalam keadaan kuno, membeku dan penuh dengan praktik-praktik mistis, dia tergerak untuk mengajak mereka kembali ke ajaran Islam yang benar berdasarkan Alquran dan Hadits. Oleh karena itu, ia memberikan pemahaman agama di rumahnya di tengah kesibukannya sebagai pengkhotbah dan pedagang. Karena itu, sejak awal Muhammadiyah sangat peduli dengan menjaga tauhid, dan menyempurnakan tauhid dalam masyarakat.


Kyai Haji Ahmad Dahlan (1 Agustus 1868 - 23 Februari 1923), lahir dengan nama Muhammad Darwis, adalah seorang modernis Islam Indonesia yang mendirikan Muhammadiyah pada tahun 1912. Ia menjadi pahlawan nasional berdasarkan Keputusan Presiden nomor 157 tahun 1961.

Ketidak murnian ajaran islam yang dipahami oleh sebagian umat islam Indonesia, sebagai bentuk adaptasi tidak tuntas antara tradisi islam dan tradisi lokal nusantara dalam awal bermuatan faham animisme dan dinamisme. Sehingga dalam prakteknya umat islam di indonesia memperlihatkan hal-hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran islam, terutama yang berhubungan dengan prinsif akidah islam yang menolak segala bentuk kemusyrikan, taqlid, bid’ah, dan khurafat. Sehingga pemurnian ajaran menjadi pilihan mutlak bagi umat islam Indonesia.


Keterbelakangan umat islam indonesia dalam segi kehidupan merupakan sumber kepedulian untuk menemukan solusi untuk keluar dari keterbelakangan. Keterbelakangan umat islam dalam dunia pendidikan menjadi sumber utama keterbelakangan dalam peradaban. Pesantren tidak selalu dapat dianggap sebagai sumber kelahiran generasi baru Islam muda yang berpikir modern. Kesejahteraan umat islam akan tetap berada dibawah garis kemiskinan jika kebodohan masih melengkupi umat islam indonesia.

Dari tahun 1913 hingga 1918, Muhammadiyah mendirikan lima Sekolah Islam. Pada tahun 1919, sebuah sekolah menengah Islam, Hooge School Muhammadiyah didirikan. Dalam mendirikan sekolah, Muhammadiyah menerima bantuan signifikan dari Boedi Oetomo, sebuah gerakan nasionalis penting di Indonesia pada paruh pertama abad kedua puluh, seperti dalam bentuk penyediaan guru. Muhammadiyah umumnya menghindari politik. Tidak seperti rivalnya yang tradisionalis, Nahdlatul Ulama dan tidak pernah membentuk partai politik.

Pada tahun 1925, dua tahun setelah kematian Dahlan, Muhammadiyah hanya memiliki 4.000 anggota, bahkan telah membangun 55 sekolah dan dua klinik di Surabaya dan Yogyakarta. Setelah Abdul Karim Amrullah memperkenalkan Muhammadiyah ke komunitas umat Islam dinamis Minangkabau dengan membuka cabang di Sungai Batang, Agam, dalam tempo yang relatif singkat, Muhammadiyah berkembang pesat dan telah menyebar ke seluruh Sumatra Barat, dan dari daerah inilah kemudian Muhammadiyah bergerak ke seluruh Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan. Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar ke seluruh Indonesia. Pada tahun 1938, organisasi mengklaim memiliki 250.000 anggota, mengelola 834 masjid, 31 perpustakaan, 1.774 sekolah, dan 7.630 ulama. Pedagang Minangkabau menyebarkan Muhammadiyah ke seluruh Indonesia.

Selama turbulensi dan kekerasan politik 1965-1966, Muhammadiyah menyatakan pembasmian "Gestapu/PKI" (Gerakan 30 September dan Partai Komunis Indonesia), sebuah pandangan yang didukung oleh kelompok-kelompok Islam lainnya. Selama "reformasi Indonesia" tahun 1998, beberapa bagian Muhammadiyah mendesak kepemimpinan untuk membentuk partai. Karena itu, mereka - termasuk ketua umum Muhammadiyah, Amien Rais, mendirikan Partai Amanat Nasional. Meski mendapat dukungan besar dari anggota Muhammadiyah, partai ini tidak memiliki hubungan resmi dengan Muhammadiyah. Pemimpin Muhammadiyah mengatakan bahwa anggota organisasinya bebas untuk menyejajarkan diri dengan partai politik yang mereka pilih asalkan partai tersebut memiliki nilai yang sama dengan Muhammadiyah.


Ajaran


Ajaran utama Muhammadiyah adalah Islam Sunni. Muhammadiyah menekankan bahwa Al-Qur'an dan Hadis sebagai sumber utama ajaran Islam tertinggi yang berfungsi sebagai dasar sah penafsiran keyakinan dan praktik keagamaan, berbeda dengan praktik tradisional di mana hukum syariah diinvestasikan di sekolah agama oleh para ulama. Fokus utama gerakan Muhammadiyah adalah untuk meningkatkan rasa tanggung jawab moral masyarakat, memurnikan keyakinan mereka kepada Islam yang sejati.


Muhammadiyah sangat menentang sinkretisme, di mana Islam telah bersatu dengan animisme (penyembahan roh) dan dengan unsur-unsur Hindu-Buddha yang tersebar di kalangan masyarakat dari periode pra-Islam. Muhammadiyah menentang tradisi tasawuf yang memungkinkan pemimpin sufi (shaykh) sebagai otoritas formal umat Islam.


Organisasi Pembaru


Muhammadiyah bergerak di bidang dakwah dan pendidikan Islam modern. Dibawah Ahmad Dahlan Muhammadiyah meniupkan jiwa pembaruan Islam dengan melakukan berbagai kegiatan, meskipun banyak ditentang pada masa itu. Kegiatan Muhammadiyah meliputi antara lain membersihkan Islam Indonesia dari pengaruh serta kebiasaan non-Islam dengan cara memperdalam ilmu agama untuk mendapatkan kemurniannya, memperteguh iman, memperkuat ibadah serta amar ma'ruf nahi mungkar, mempergiat dakwah, dan mendirikan serta memelihara tempat ibadah; merumuskan kembali doktrin Islam dalam pandangan modern; mereformasi ajaran serta pendidikan Islam dengan cara memberikan ilmu pengetahuan umum, di samping ilmu agama, dsn menyatukan murid pria-wanita dalam satu kelas, dan membela Islam terhadap pengaruh luar dengan cara menumbuhkan kesadaran beragama dan menjaga persaudaraan antar Islam atau Ukhuwah Islamiyah.


Kegiatan


Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi reformis Islam. Kegiatan utamanya adalah agama dan pendidikan. Ini telah membangun sekolah-sekolah Islam dalam bentuk modern, selain dari pesantren tradisional. Beberapa sekolahnya juga terbuka untuk non-Muslim. Saat ini ada sekitar 5.754 sekolah yang dimiliki oleh Muhammadiyah.


Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah di Jakarta.


Muhammadiyah juga berfungsi sebagai organisasi amal. Saat ini ia memiliki beberapa ratus klinik medis dan rumah sakit nirlaba di seluruh Indonesia.


Organisasi



Majelis


Majelis Tarjih dan Tajdid
Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan
Majelis Tabligh
Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan
Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah
Majelis Pendidikan Kader
Majelis Pembina Kesehatan Umum
Majelis Pelayanan Sosial
Majelis Wakaf dan Kehartabendaan
Majelis Pemberdayaan Masyarakat
Majelis Hukum dan Hak Asasi Manusia
Majelis Lingkungan Hidup
Majelis Pustaka dan Informasi


Lembaga



Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting
Lembaga Pembina dan Pengawas Keuangan
Lembaga Penanggulangan Bencana
Lembaga Amal Zakat Infaq dan Shodaqqoh
Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik
Lembaga Seni Budaya dan Olahraga
Lembaga Hubungan dan Kerjasama International
Lembaga Dakwah Khusus
Lembaga Pengembangan Pondok Pesantren


Organisasi Otonom


Organisasi Otonom Muhammadiyah ialah organisasi atau badan yang dibentuk oleh Persyarikatan Muhammadiyah yang dengan bimbingan dan pengawasan, diberi hak dan kewajiban untuk mengatur rumah tangga sendiri, membina warga Persyarikatan Muhammadiyah tertentu dan dalam bidang-bidang tertentu pula dalam rangka mencapai maksud dan tujuan Persyarikatan Muhammadiyah. Organisasi-organisasi itu yaitu :


Aisyiyah (Wanita)




Aisyiyah adalah organisasi otonom di dalam Muhammadiyah yang merupakan gerakan dakwah Islam amar ma'ruf nahi mungkar di kalangan wanita Islam yang berakidah Islam berdasarkan pada al-Qur'an dan Hadis Nabi Muhammad SAW yang didedikasikan untuk pemberdayaan perempuan dan pekerjaan amal. Aisyiyah dibentuk pada 19 Mei 1917 oleh Siti Walidah (3 Januari 1872 - 31 Mei 1946). Tujuan Aisyiyah ini adalah membuat masyarakat Islam menjadi kenyataan bagi perempuan, dan mendorong anggotanya untuk mencari pendidikan lebih lanjut bahkan jika mereka menjadi "lebih pintar daripada suami mereka." 

Lambang Aisyiyah.

Pemuda Muhammadiyah (Pemuda)



Pemuda Muhammadiyah adalah organisasi otonom di dalam Muhammadiyah yang merupakan gerakan dakwah Islam amar ma'ruf nahi mungkar di kalangan pemuda  Islam yang berakidah Islam berdasarkan pada al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad SAW. Organisasi ini didirikan dengan maksud dan tujuan untuk menghimpun, membina, dan menggerakkan potensi Pemuda Islam serta meningkatkan perannya sebagai  kader untuk mencapai tujuan Muhammadiyah.


Lambang Pemuda Muhammadiyah.


Nasyiatul Aisyiyah (Wanita Muda)




Nasyiatul Aisyiyah adalah organisasi otonom di dalam Muhammadiyah yang merupakan gerakan dakwah Islam amar ma'ruf nahi mungkar di kalangan remaja wanita Islam di bidang keagamaan, kemasyarakatan, dan kewanitaan yang berakidah Islam berdasarkan pada al-Qur'an dan Hadis Nabi Muhammad SAW. 


Lambang Nasyiatul Aisyiyah.


Ikatan Pelajar Muhammadiyah (Asosiasi Pelajar)




Ikatan Pelajar Muhammadiyah adalah organisasi otonom di dalam Muhammadiyah yang merupakan gerakan dakwah Islam amar ma'ruf nahi mungkar di kalangan pelajar Islam yang bergerak di bidang pendidikan dan pengkaderan pelajar Islam yang berakidah Islam berdasarkan pada al-Qur'an dan Hadis Nabi Muhammad SAW. 


Lambang Ikatan Pelajar Muhammadiyah.


Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (Asosiasi Mahasiswa)




Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah organisasi otonom di dalam Muhammadiyah yang merupakan gerakan dakwah Islam amar ma'ruf nahi mungkar di kalangan mahasiswa Islam yang berakidah Islam berdasarkan pada al-Qur'an dan Hadis Nabi Muhammad SAW. Tujuan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah untuk membina dan menghimpun mahasiswa Islam dalam satu wadah juang. 


Lambang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.


Tapak Suci Putra Muhammadiyah (Bela diri)




Tapak Suci Putera Muhammadiyah adalah organisasi otonom di dalam Muhammadiyah yang merupakan gerakan dakwah Islam amar ma'ruf nahi mungkar yang berakidah Islam berdasarkan pada al-Qur'an dan Hadis Nabi Muhammad SAW. Tujuan Tapak Suci Putra Muhammadiyah yaitu menghimpun dan melatih seni bela diri.


Lambang Tapak Suci Putera Muhammadiyah.


Hizbul Wathan (Kepanduan)


Hizbul Wathan adalah organisasi otonom di dalam Muhammadiyah yang merupakan gerakan dakwah Islam amar ma'ruf nahi mungkar yang berakidah Islam berdasarkan pada al-Qur'an dan Hadis Nabi Muhammad SAW. Tujuan Hisbul Wathan yaitu melatih kepanduan di dalam Muhammadiyah.

Lambang Hizbul Wathan

Ditulis oleh : Aqsha Berlian Almakawi