Rasionalisme dan empirisme adalah dua aliran filsafat untuk memahami dunia di sekitar kita yang terkadang saling bertentangan. Mereka sering dikontraskan satu sama lain, karena pendekatan mereka terhadap pengetahuan benar-benar berbeda. Secara khusus, kedua aliran tersebut terkait dengan empirisme, bidang filsafat yang membahas hakikat atau asal pengetahuan. Rasionalisme dan empirisme memberikan dua catatan berbeda tentang bagaimana pengetahuan harus diperoleh.
Setiap aliran pemikiran memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri.
Definisi
Empirisme
Para filosof empiris percaya bahwa pengetahuan hanya berasal dari pengalaman. Berbeda dengan beberapa aliran filsafat lainnya, empirisme menolak bahwa manusia dilahirkan dengan pengetahuan. Sebaliknya, mereka percaya bahwa manusia mengembangkan pikiran dan keyakinan mereka berdasarkan apa yang mereka pahami - dan bahwa untuk menjadi benar, pengetahuan harus diverifikasi dengan pengamatan. Filsuf empiris terkenal termasuk David Hume, Thomas Hobbes, Francis Bacon, John Locke dan John Stuart Mill, serta filsuf kuno seperti Aristoteles.
Rasionalisme
Berbeda dengan penekanan empirisme pada pengamatan sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang valid, rasionalisme berpendapat bahwa pengetahuan dapat diperoleh dengan pengaplikasisan akal secara murni tanpa rangsangan dari luar. Beberapa filsuf rasionalis menekankan nalar murni daripada bentuk-bentuk penyelidikan lainnya, sementara yang lain mengklaim bahwa nalar adalah satu-satunya cara untuk mencapai kebenaran. Banyak filsuf rasionalis juga terpesona oleh matematika, bidang yang tampaknya menawarkan kebenaran tanpa pengamatan dunia nyata. Filsuf rasionalis terkenal termasuk Rene Descartes, Baruch Spinoza dan Gottfried Leibniz.
Keunggulan & Kelemahan
Keunggulan Empirisme
Seorang empiris akan mengatakan bahwa listrik terbukti ''ada'' pada pengamatan manusia. Tentu saja! Itu karena kita telah melihat listrik mengalir melalui sepotong logam dan bukan kayu, ribuan kali kita lihat!, sehingga kita menyatakan fakta bahwa logam adalah konduktor atau penghantar listrik dan bukan kayu. Perasaan kita tidak berdusta - dalam keadaan normal - dan pengalaman dapat menunjukkan apakah suatu fenomena berulang dengan sendirinya dan karenanya mematuhi hukum tertentu atau itu terjadi secara acak. Ilmuwan misalnya menggunakan eksperimen untuk menguji melalui pengamatan apakah asumsi tentang sesuatu itu benar atau tidak.
Kelemahan Empirisme
Persepsi itu tidak universal : Apa yang seseorang anggap benar bisa salah bagi orang lain. Misalnya, sebuah buku bisa berwarna merah untuk satu orang, tetapi untuk orang yang buta warna mungkin berwarna hijau. Apakah ini berarti bahwa karena satu atau banyak orang buta warna memandang buku itu memang hijau ? Selanjutnya, persepsi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal : percobaan yang sama di bawah kondisi yang berbeda (suhu misalnya) dapat memberikan hasil yang berbeda, tanpa diketahui oleh peneliti yang ceroboh.
Keunggulan Rasionalisme
Rasionalis percaya bahwa ada alasan untuk setiap objek atau fenomena itu ada. Sebuah benda kembali ke tanah ketika dilemparkan ke atas bukan karena satu juta orang telah mengamati hal itu tetapi karena ada alasan untuk hal itu terjadi : hukum gravitasi. Selain itu, logam adalah konduktor karena memfasilitasi muatan listrik bergerak, tidak seperti kayu. Rasionalisme mencoba menemukan prinsip-prinsip umum yang sudah ada (manusia tidak menciptakannya) di balik setiap fenomena, yang tidak tergantung pada persepsi pengetahuan masing-masing individu. Hasilnya adalah teori yang tak terbantahkan yang menjelaskan hukum dunia di sekitar kita.
Kelemahan Rasionalisme
Rasionalisme menunjukkan bahwa orang dilahirkan dengan ide-ide bawaan, kebenaran dalam bidang subjek tertentu (seperti konsep matematika) yang merupakan bagian dari sifat rasional dan kita hanya perlu membawanya ke permukaan. Namun, seperti yang dikemukakan filsuf John Locke, ada "idiot" yang tidak menyadari - dan tidak dapat memahami - gagasan sederhana, yang bertentangan dengan universalitas gagasan bawaan. Lebih jauh, hukum atau logika yang menggambarkan dunia tidak bisa salah, karena mereka mungkin didasarkan pada kesalahpahaman manusia, kalau tidak para ilmuwan tidak akan melakukan eksperimen dan hanya mengandalkan argumen logis.
No comments:
Post a Comment